Terasberita9.com, Surabaya – Intensitas hujan mulai bertambah seiring dengan peralihan musim atau pancaroba. Mengantisipasi genangan di metropolis, normalisasi sungai dilakukan secara intens oleh dinas sumber daya air dan bina marga (DSDABM). Alat berat pun diterjunkan supaya pengerjaan segera rampung.
Misalnya, yang terlihat kemarin (16/10). Satu unit ekskavator diturunkan ke Sungai Kalimas di Jalan Ngagel, Kecamatan Wonokromo. Alat berat itu berada di sana selama empat hari sejak Rabu (12/10). Para petugas pematusan memperdalam sungai vital tersebut sepanjang 325 meter. ”Mulai Jembatan Ujung Galuh hingga Jembatan BAT,” ujar Kepala DSDABM Rayon Genteng Syahrur Romadhona.
Kedalaman sungai utama Surabaya itu berkisar 2,5 meter sebelum dinormalisasi. Pihaknya melakukan pengerukan lagi mencapai 1 meter dengan total kedalaman 3,5 meter. Tujuannya, menambah volume tampungan air karena Sungai Kalimas merupakan sungai pengendali banjir.
”Pengerukan berfokus di area tengah sungai karena jika di pinggir riskan sliding atau ambles. Nanti sedimen yang di pinggiran akan perlahan turun dengan sendirinya,” jelas Syahrur.
Normalisasi tersebut merupakan pengerjaan tentatif dan swakelola dari DSDABM. Sebab, pihaknya telah rutin melakukan pengerukan di sepanjang Sungai Kalimas. Selain itu, kondisi cuaca saat ini belum pasti dan berubah-ubah.
Setidaknya, sebelum memasuki musim hujan, Sungai Kalimas siap mencegah genangan. ”Sedimen didominasi lumpur. Kami bawa ke tempat pembuangan di Wonokusumo dan Sumber Rejo,” paparnya.
Menurut Syahrur, progres pengerjaan saat ini baru sekitar 5 persen dari keseluruhan tahap pertama itu. Dalam sehari, diestimasikan pihaknya mampu mengeruk di 10 titik dengan total sedimen mencapai 40–50 meter kubik.
Dia menargetkan pengerjaan bisa rampung dalam kurun waktu dua hingga tiga minggu. ”Untuk tahap selanjutnya, kami masih melakukan survei sungai mana yang sekiranya perlu dinormalisasi. Misalnya, ketebalan sedimen hingga tingkat elevasi dari hulu ke hilir,” jelasnya.
Bukan hanya itu, pihaknya juga melakukan normalisasi di saluran air penghubung Kalimas. Namun, yang menjadi pembeda, pengerjaan dilakukan secara manual tanpa alat berat.
Menurut Syahrur, saluran penghubung dinormalisasi setelah identifikasi dan berdasar laporan warga. Hingga saat ini, pihaknya belum menemui kendala yang berarti selama normalisasi. ”Ada satgas yang berkeliling di setiap wilayah untuk memantau wilayah,” ungkap dia. jp