https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

stunting – terasberita9

https://kinganddukeatl.com

https://greenopportunities.org

https://www.bunzburgerz.com

https://www.depotbaltimore.com

https://eis.yru.ac.th/-/dragon222/

https://booking.yru.ac.th/-/rajagacor/

Gerakan Siber Casting digerakkan Surabaya untuk cegah stunting

Gerakan Siber Casting digerakkan Surabaya untuk cegah stunting

Terasberita9.com, Surabaya – Gerakan Siber Casting digalakkan dengan sasaran khususnya remaja di seluruh sekolah menengah pelajar (SMP) Kota Surabaya, Jawa Timur, sebagai upaya mencegah stunting.

“Stunting itu tidak bisa diselesaikan ketika ada bayi stunting. Tapi itu bisa dikurangi dan dicegah sejak sebelum menikah,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangan tertulis di Surabaya, Rabu.

Dia menjelaskan kegiatan ini salah satu strategi Pemkot Surabaya dalam percepatan pencegahan stunting dengan menyasar seluruh remaja putri di “Kota Pahlawan” –sebutan Kota Surabaya.

Ia menjelaskan saat ini Pemkot Surabaya tidak hanya fokus penanganan balita stunting, tetapi juga melakukan pencegahan stunting sejak usia remaja, khususnya remaja putri, yang telah mengalami pubertas atau menstruasi.

Untuk itu, kata dia, pemkot melakukan pendampingan kepada para perempuan yang belum menikah hingga setelah menikah.

“Maka anak perempuan yang sudah pubertas atau menstruasi bisa diberikan zat besi (tablet tambah darah, red.). Jangan sampai kekurangan zat besi, karena salah satu kategori stunting adalah kekurangan zat besi,” katanya.

Oleh sebab itu, lanjut dia, seluruh SMP se-Surabaya setiap seminggu sekali akan melakukan Siber Casting, yakni mendapatkan tablet tambah darah yang kemudian dibagikan kepada remaja putri.

“Pendampingan ini dilakukan sejak usia remaja. Jadi kami pastikan zat besi (tablet tambah darah, red.) diberikan seminggu sekali, harus rutin dan tidak boleh berhenti. Karena saya juga meminta untuk dibuatkan aplikasi, sehingga para guru bisa mengecek para siswinya sudah mengonsumsi tablet tambah darah atau belum,” ujarnya.

Wali Kota Eri berharap, melalui Siber Casting daerah setempat bisa menjadi zero stunting.

“Karena saat ini kami konsentrasi kepada stunting yang sudah terjadi. Tapi yang belum terjadi, kami harus cegah dan jangan sampai dia menuju ke stunting. Maka pencegahan dini memang kami lakukan, mulai sejak dibangku sekolah, hingga sebelum menikah,” katanya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina menyampaikan pencanangan Siber Casting diikuti seluruh SMP/MTS negeri dan swasta se-Surabaya.

Kegiatan ini secara bauran, yakni tatap muka dilakukan di SMP Negeri 37 Surabaya pada Selasa (23/5) dan secara daring di 63 SMP negeri, 230 SMP swasta, 4 MTs negeri, 48 MTs swasta, dan 63 puskesmas.

“Tujuannya untuk mengingatkan kembali akan pentingnya mengonsumsi tablet tambah darah secara teratur selama satu minggu sekali, kemudian olahraga dan aktivitas fisik serta konsumsi gizi yang seimbang,” kata dia.

Selain itu, meningkatkan kepatuhan para remaja putri menerapkan perilaku pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta meningkatkan komitmen sekolah dalam melaksanakan Siber Casting secara rutin setiap satu minggu sekali.

“Karena masih tingginya kasus anemia ini sangat erat kaitannya dengan kepatuhan konsumsi tablet tambah darah, khususnya bagi remaja putri dan ibu hamil. Sebab, anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Surabaya. Dialami oleh kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil, sampai usia lanjut,” katanya. ant

Cegah stunting di Magetan, Tim TPPS minta masyarakat hindari nikah muda

Terasberita9.com, Magetan – Pemerintah Kabupaten Magetan, Jawa Timur melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) meminta masyarakat setempat untuk menghindari pernikahan usia muda guna mencegah potensi terjadinya kasus kekerdilan anak atau “stunting”.

“Sesuai arahan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), selalu kami tekankan hindari pernikahan usia dini, karena itu akan berdampak pada stunting,” ujar Ketua Satgas Penanganan Stunting Provinsi Jawa Timur Kasman dalam kegiatan rapat koordinasi Penyusunan Laporan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Magetan di Magetan, Kamis.

Menurut dia, kasus pernikahan usia muda yang masih banyak terjadi di Indonesia ternyata juga menjadi salah satu penyebab stunting yang kian melonjak.

“Anak yang menikah sebelum usianya, akan rawan dengan perceraian. Kalau sudah cerai anak yang dilahirkan ikut ibunya. Kalau, sang ibu punya pekerjaan yang baik, tidak apa-apa. Tapi, kalau sang ibu tidak bekerja, ekonominya berantakan, maka anaknya rawan stunting,” kata Kasman.

Berdasarkan pengamatan lembaga terkait, anak yang stunting ternyata tidak hanya disebabkan karena kurang gizi. Tapi banyak faktor, seperti keturunan, penyakit, kurang gizi, dan pola asuh.

Karenanya, pihaknya kembali mengingatkan kepada TPPS Magetan untuk tidak lengah terhadap celah-celah penyebab terjadinya stunting. Salah satu upaya di antaranya yang bisa dilakukan adalah gencar sosialiasi akan dampak pernikahan usia muda kepada masyarakat.

Ia menilai, menikah di usia muda dan ditambah dengan gaya hidup yang tidak sehat juga akan mempengaruhi kondisi kehamilan, sehingga berpotensi melahirkan bayi dengan gangguan tumbuh kembang atau stunting.

Untuk itu, pihaknya mengimbau agar generasi remaja menghindari pernikahan usia muda. Adapun sesuai aturan, usia ideal dalam pernikahan bagi wanita minimal 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.

Data Dinkes setempat menyebutkan kasus stunting di Kabupaten Magetan pada tahun 2021 tercatat 10,15 persen atau sekitar 2.504 balita dari jumlah balita 24.657 anak.

Pihaknya menambahkan bagaimanapun juga stunting akan menyebabkan kualitas sumber daya manusia menjadi rendah. Oleh karena itu, Pemkab Magetan dituntut terus melakukan percepatan penurunan angka stunting seperti yang intensif digerakkan oleh pemerintah pusat.

Adapun, rapat koordinasi penyusunan laporan TPPS Magetan dihadiri oleh Kepala Dinas PPKB PP dan PA Magetan Furiana Kartini, Kepala Dinkes Magetan Rohmat Hidayat, Satgas Stunting Provinsi Jawa Timur, Tim percepatan dan Penurunan Stunting Kecamatan, Perwakilan OPD Kabupaten Magetan, serta segenap tamu undangan lainnya. ant

Cegah stunting, DKPP Kota Madiun gelar pelatihan olahan ikan bagi kader posyandu

Cegah stunting, DKPP Kota Madiun gelar pelatihan olahan ikan bagi kader posyandu

Terasberita9.com, Madiun  – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Madiun menggelar pelatihan pengolahan bahan makanan ikan air tawar bagi kader posyandu sebagai upaya mencegah stunting di wilayah itu.

Kepala Bidang Perikanan DKPP Kota Madiun Herman Prakoso di Madiun, Kamis, mengatakan bahwa sasaran pelatihan dipilih kader posyandu karena para kader tersebut berhubungan langsung dengan balita yang butuh gizi seimbang.

“Ikan mengandung banyak omega 3, sehingga kita beri pelatihan pengolahan ikan bagi para kader, harapannya supaya mereka bisa membagikan ilmunya ke ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal,” ujarnya.

Menurut dia, pelatihan pengolahan ikan itu sebagai bentuk dukungan DKPP untuk pencegahan stunting di Kota Madiun. Selain itu, Kota Madiun juga memiliki potensi pengembangan ikan tawar yang cukup besar.

Oleh karena itu, perlu adanya pembinaan khusus mengenai ragam produk olahan berbahan baku ikan, agar produksinya makin berinovasi, memiliki nilai jual yang tinggi, dan sehat.

“Olahan ikan tidak hanya digoreng atau direbus, tapi juga bisa diolah sedemikian rupa sehingga punya nilai jual tinggi,” kata dia.

Dalam pelatihan tersebut, para kader posyandu belajar mengolah ikan lele. Ikan lele tersebut diolah menjadi nugget, lumpia ikan, ekado, dan bola ikan yang diisi dengan wortel, keju, sosis, dan telur puyuh.

Didampingi oleh petugas, para ibu dengan cekatan mengikuti tiap proses pembuatan. Mulai dari memisahkan duri dari daging ikan lele yang telah dikukus, hingga meniriskan campuran daging yang sebelumnya sudah digoreng dengan bumbu-bumbu.

Dengan pelatihan tersebut diharapkan tingkat konsumsi ikan yang penuh gizi di Kota Madiun meningkat, sehingga dapat mengurangi kasus stunting.

Data Dinas Kesehatan Madiun mencatat kasus stunting di kota tersebut saat ini berada pada angka 7,74 persen. (atr)

Pemkab Sidoarjo Gandeng Perusahaan Farmasi PT Phapros Tbk Atasi Kasus Gizi Buruk

Pemkab Sidoarjo Gandeng Perusahaan Farmasi PT Phapros Tbk Atasi Kasus Gizi Buruk

terasberita9.com, Sidoarjo – Pada rangkaian peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2021, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi PT  Phapros Tbk. Kerja sama dalam menangani kasus gizi buruk pencegahan kasus stunting.

Kegiatan yang bertajuk Santri Sidoarjo Pelopor Pencegahan Stunting Untuk Generasi Penerus Bangsa yang Lebih Cerdas itu dihadiri langsung Bupati Sidoarjo H. Ahmad Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) di Pondok Pesantren Fauzul Falah Desa Minggir Desa Larangan, Kecamatan Candi, Kamis (21/10/2021).

Acara juga dihadiri Komisaris PT. Phapros , Zainal Abidin, Sri Andari Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, Chudlori Kabag Kesra Pemkab Sidoarjo serta para Pengurus dan para santri Ponpes Fauzul Falah.

Bupati Sidoarjo H. Ahmad Muhdlor Ali mengingatkan pentingnya penanganan gizi buruk yang melibatkan para pakar, karena dari kasus gizi buruk dikhawatirkan menjadi potensi Stunting dan ketika lahir berpotensi bayi mengidap disabilitas.

Untuk itu, Gus Muhdlor sangat mengapresiasi kegiatan ini karena dapat mengurangi bahkan menuntaskan potensi gizi buruk di Sidoarjo.

“Oleh karena itu pertama-tama saya ucapkan kepada PT. Phapros yang sudah memberikan perhatian lebih kepada kami (para santri) terutama pada pengentasan stunting,” terang Bupati Sidoarjo

Kegiatan pencegahan gizi buruk ini sejalan dengan tema Hari Santri Nasional 2021 yakni “Santri Siaga, Jiwa dan Raga” yang punya makna bahwa santri di seluruh Indonesia selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raganya untuk membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.

Juga berarti komitmen seumur hidup para santri yang lahir dari sifat santun, rendah hati, pengalaman, dan tempaan santri selama di pesantren.

Maka, supaya santri selalu siaga jiwa dan raga, harus disertai dengan keadaan gizi baik di tubuh yang lahir dari pengetahuan terhadap apa itu gizi buruk dan cara mencegahnya.

“Untuk mewujudkan santri siaga jiwa dan raga, tentunya banyak hal yang perlu ditanamkan sejak dini, salah satunya adalah pentingnya menjaga kesehatan jasmani agar tercipta generasi penerus bangsa yang cerdas dan kuat. Kecerdasan generasi penerus bangsa ada di tangan kita, yang karena itu kita harus pastikan bahwa para santri harus terbebas dari masalah gizi buruk atau stunting di masa datang,” urai Gus Muhdlor.

Untuk diketahui, salah satu pemicu stunting adalah anemia atau kekurangan darah yang seringnya diderita oleh remaja, terutama remaja perempuan. Jika pada usia remaja memiliki masalah kesehatan maka akan berdampak pada kerentanan penyakit yang dibawa pada saat dewasa nanti.

Data hasil riset kesehatan dasar, menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 27 persen. Meskipun mengalami penurunan 3 persen dibanding tahun sebelumnya, angka tersebut masih belum mencapai standar who untuk stunting di bawah 20 persen.

Oleh karena itu, adanya edukasi untuk mencegah gizi buruk atau stunting serta anemia yang dilakukan kepada santri, bisa bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Sidoarjo, juga bagi masyarakat Indonesia, supaya dimasa depan tercipta generasi penerus bangsa yang lebih cerdas dan kuat.

Dalam kesempatan ini, Dr. Arleni Direktur Pemasaran PT.Phapros Tbk mengatakan bahwa dalam Peringatan Hari Santri Nasional 2021 “Santri Siaga, Jiwa dan Raga”. Tema tersebut merupakan pernyataan sikap bahwa santri di seluruh Indonesia selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raganya untuk membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.

Siaga jiwa santri ini juga merupakan komitmen sumur hidup para santri yang lahir dari sifat santun, rendah hati, pengalaman, dan tempaan santri selama di pesantren.

Untuk mewujudkan santri siaga jiwa dan raga, tentunya banyak hal yang perlu ditanamkan sejak dini, salah satunya adalah pentingnya menjaga kesehatan jasmani agar tercipta generasipenerus bangsa yang cerdas dan kuat, kecerdasan generasi penerus bangsa ada ditangan kita, yang karena itu kita harus pastikan bahwa para santri harus mendapatkan gizi yang baik agar terbebas dari masalah gizi buruk atau stunting dimasa datang.

“Salah satu pemicu stunting adalah anemia atau kekurangan darah yang seringnya diderita oleh remaja, terutama remaja perempuan. Jika pada usia remaja memiliki masalah kesehatan maka akan berdampak pada kerentanan penyakit yang dibawa pada saat dewasa nanti,” terangnya.

Arleni juga menyampaikan, “Phapros sangat konsen pada hal ini, kegiatan yang dilakukan tidak hanya berhenti di sini saja, karena ini menjadi awal dari rangkaian tanggung jawab sosial perusahaan terkait stunting yang berkolaborasi bersama pemerintah daerah,” ungkpanya.

Berdasarkan data badan kesehatan dunia, ada 162 juta balita stunting, dan 58 persen dari jumlah tersebut berada di asia, penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi saat hamil hingga bayi tersebut berusia 2 tahun, serta bisa berakibat pada pertumbuhan tinggi badan anak yang dibawah rata-rata anak normal.

Selain itu, hasil riset kesehatan dasar menunjukkan provalensi stunting di Indonesia sebesar 27 persen meskipun mengalami penurunan 3 persen dibanding tahun sebelumnya, angka tersebut masih belum mencapai standar who untuk stunting di bawah 20 persen.

“Kami berharap, semoga adanya edukasi manfaat suplemen penambah darah untuk mencegah gizi buruk atau stunting serta anemia, yang dilakukan pada hari ini bisa bermanfaat bagi semua,” tambah Arleni.

Di akhir kegiatan dilaksanakan penandatanganan komitmen bersama Pemkab Sidoarjo dengan PT. Phapros Tbk dalam pencegahan stunting di Kabupaten Sidoarjo. [brj]

Mendagri Janji Serius Pelototi APBD Pemda untuk Penurunan Stunting

Mendagri Janji Serius Pelototi APBD Pemda untuk Penurunan Stunting

Jakarta – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian berharap semua pemerintah daerah (pemda) serius untuk menangani masalah penurunan stunting. Hal itu bisa dilakukan dari pengalokasian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk program atasi masalah tersebut.

Tito mengatakan tiga daerah yang alokasi anggarannya tertinggi untuk program penurunan stunting yakni Kalimantan Tengah Rp 64,95 miliar, Jawa Tengah Rp 42,18 miliar, dan Papua Rp 31,48 miliar. Sementara yang alokasinya masih sangat rendah yaitu Papua Barat, DKI Jakarta dan Bengkulu.

“Papua Barat belum mengalokasikan anggaran spesifik tentang stunting. Kemudian DKI Jakarta Rp 0,25 miliar, kemungkinan problema stuntingnya juga memang tidak besar dan Bengkulu Rp 0,35 miliar,” katanya dalam Rapat Koordinasi Nasional ‘Bergerak Bersama untuk Percepatan Penurunan Stunting’ secara virtual, Senin (23/8/2021).

Tito memberikan apresiasi kepada Pemda yang telah menunjukkan keseriusan dalam mendukung program nasional penanganan stunting dengan cara mengalokasikan anggaran penurunan stunting pada 2021. Bagi yang alokasi anggarannya rendah padahal angka stunting di daerahnya tinggi, dia mengaku akan ‘memelotinya’.

“Pemda yang belum mengalokasikan APBD-nya padahal ada masalah stunting yang serius di daerahnya, agar serius dan betul-betul menjadikan program ini prioritas. Masukkan dalam APBD dengan jumlah yang cukup dan kami dari Kemendagri akan melakukan review anggaran dan akan betul-betul memelototi APBD Bapak/Ibu sekalian agar betul-betul menganggarkan dan membuat program dalam rangka untuk penurunan stunting di daerah masing-masing,” tegasnya.

“Tanpa dukungan dan keseriusan dari Pemda maka program nasional ini tidak akan berjalan secara maksimal. Pemerintah Pusat tidak akan mampu bekerja sendiri, Pemda lah yang memahami situasi daerah masing-masing,” tambahnya.

Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy menambahkan daerah yang angka stuntingnya melebihi rata-rata nasional yakni Sulawesi Selatan di Kabupaten Jeneponto 41,3% dan Kabupaten Bantaeng 21%, di Sulawesi Utara Kabupaten Minahasa 38,6%, dan di Sumatera Utara Kabupaten Nias Selatan 57%.

“Hal yang menyebabkan stunting karena kurangnya asupan gizi kronis, kemudian rendahnya cakupan akses air bersih dan sanitasi penduduk yang memiliki akses air minum berkualitas, rendahnya pendidikan orang tua, pola asuh yang salah, dan kurangnya tenaga kesehatan terutama ahli gizi dalam pemantauan perkembangan balita,” bebernya dalam kesempatan yang sama. (dtk)